Sabtu, 04 Juli 2009

terJUALnya IdeaLIsMe

Tak ada yang ABADI.....sebait lagu dari peterpan tadi bisa mendeskripsikan keadaan jika di dunia ini tak akan ada yang abadi. Dalam semua hal, baik itu yang sifatnya ragawi (harta benda dan nyawa) dan yang bersifat fiksi seperti ide, gagasan dan rasa idealisme. Kita bisa melihat bagaimana politisi kita yang pathing plinthat plintut dalam mengemumakan gagasan mereka. Hari ini mereka bisa berkata A tapi dengan yakin besok berkata B, padahal A dan B adalah hal yang benar-benar bertentangan.
Semangat reformasi yang dibawa rekan-rekan mahasiswa tahun 1998 merupakan suatu idealisme yang pembaharuan yang diharapkan membawa indonesia kearah yang lebih baik. Tapi sepertinya idealisme itu mulai rontok satu-persatu seiring lajunya waktu. Idealisme pembaharuan yang digagas bersama-sama kini berubah menjadi idealisme golongan yang hanya mementingkan kepentingan pribadi semata.
Saya suka Ideal dan lebih suka lagi Ideal Is Me. Seandainya saja semua orang bisa menjual Ideal Is Me (idealis) nya masing-masing saya yakin Indonesia akan mampu manjadi negara yang berkarakter. Masalahnya sekarang orang sudah tidak lagi menjual Ideal Is Me melainkan telah menjual Idealisme mereka.
Ideal Is Me dan Me must be Ideal

Penantianku di TUGU TEGAL RAYUNG

Asa, harapan dan keinginan kami mulai terbangun saat kami melewati tugu pelajar di tegal rayung Simo. Mungkin asa kami waktu itu tinggi dan berisi ribuan keinginan yang semangat juang yang ga pernah padam. Keinginan kami dulu dan sekarang sama yaitu SUKSES. Tapi ternyata kata SUKSES itu sungguhlah semu, Tidak bisa dlihat dan penuh banyak arti.
Ada yang berpendapat jika orang yang sudah punya pekerjaan mapan, mempunyai gaji besar dan mempunyai aset yang banyak disebut mapan. Ada pula yang berpendapat kalau sukses itu bisa mencapai jenjang karir tinggi. Ada yang lebih simple lagi mengartikanya, jika hidupnya bisa bermanfaat untuk orang lain. Huh...emang tiap orang pikiranya lain, asanya juga berbeda.
Sebenarnya apa pun sebenarnya arti dari kata itu mempunyai efect yang baik buat manusia untuk menjaga stabilitas hidup dan semangat berjuang.
Dulu saat kaki kami masih kuat untuk berjalan 5 km, saat kami masih kuat untuk menghafal rumus-rumus matematika dan saat kami lebih punya banyak waktu untuk menyembah-Nya. Dalam pikiran kami terbesit kata BISA, meskipun jalan yang harus kami lalui belum jelas jalur mana yang akan kita lalui.
Seperti semangat patung pelajar di Tegal Rayung yang sepertinya tidak pernah jemu untuk berdiri disana, selalu tersenyum. atau mungkin mereka juga sudah jenuh membawa obor semangat itu?dan obor mereka itulah yang telah membakar semangat anak-anak Simo hingga menjadi seganas patung macan.
Jangankan cuman selembar, satu pak buku pun akan kami baca. Kami jga tak segan untuk bertanya sesama dan saling berbagi. Rasa menghormati dan menghargai sesama dan orang yang lebih tua dari kita. (Itu dulu) dan semoga sampai sekarang.
Huuuh...mungkin kita berjalan udah jauh dan mengambil jalan yang berbeda, tapi semoga semangat kita selalu terjaga sebagaimana semangat TUGU TEGAL RAYUNG